Selamat Datang!!!

selamat datang, Kawan di blog saya, Kertas Putih!!

saya informasikan kepada kalian semua bahwa saya bukanlah penulis yang baik.

saya menulis di blog ini hanya untuk menyalurkan pemikiran saya yang mungkin dapat dijadikan renungan bersama atau hanya dijadikan hiburan semata.


akhir kata,

Kertas Putih ini hanyalah sederhana.

Selasa, 12 April 2011

Hal Yang Belum Sempat Tersampaikan

Aku tahu, bukan saat nya lagi aku begini.
Bukan saatnya lagi untuk meringis dalam tulisan yang mungkin tanpa bagi mu.
Namun, mungkin memang hanya ini yang bisa aku lakukan.

Maafkan aku.
Maafkan aku atas semua kesalahan yang aku perbuat.

Maafkan aku atas keraguaanku.
Maafkan aku atas semua perilaku ku.
Maafkan aku atas semua prasangka burukku.
Maafkan aku atas sema rengekan tak berisi dulu.
Maafkan aku atas semua tuntutan ego ku.

Maafkan aku yang tidak mengerti mu.
Maafkan aku atas semua tangisan menggangu mu.
Maafkkan aku yang hanya bisa meminta perhatian darimu dista sebetulnya kau lah yang lebih memerlukannya.
Maafkan aku yang selalu merengek agar kau ada untukku,walau sebenarnya aku yang tidak pernah ada untukmu.

Maafkan aku yang hanya bisa menangis menyalahkan jarak, padahal semestinya aku sadar, jarak bukanlah alasan ketika aku benar-benar memahamimu.
Maafkan aku atas semua ketidakdewasaanku.


Maafkan aku atas segala keluhanku dista kau tidak pernah mengeluh.
Maafkan aku yang selalu menyangkal keberadaaanmu.
Maafkan aku yang sulit untuk melihat usaha mu padahal kau memang benar telah memberikan sebaik yang kau bisa untukku.
Maafkan aku yang melewatkan semua usaha manismu.

Maafkan aku.
Maafkan aku.
Maafkan aku.

Maafkan aku.


*semoga kau sempat baca tulisan ini.

Selasa, 05 April 2011

Saya Tahu Itu

Saya tau kamu suka tim biru itu,
saya tau kamu suka ikan,
saya tau kamu suka robot kucing jepang,
saya tau kamu suka kacang hijau,
saya tau kamu suka ayam suir pedas, saya tau kamu suka futsal,
saya tau kamu suka band band keras memekakan telinga,
saya tau kamu tidak suka sayur,
saya tau kamu tidak suka membaca,
saya tau kamu suka tidur,
saya tau kamu suka drum,
saya tau kamu tidak suka serangga,
saya tau kamu benci laba-laba,
saya tau kapan kamu sudah mandi, saya tau wajah letih kamu,
saya tau wajah ketika kamu menang dlm pertandingan,
saya tau kapan kamu kecewa,
saya tau wajah menangis kamu,
saya kenal wajah sedih ketika ibu mu marah kpd mu,
saya tau nada marah suaramu,
saya tau nada tangis, kecewa,dan bahagia suaramu,
saya kenal tawa lepas kamu, saya hapal kerutan dahi mu ketika kamu berpikir,
saya tau umpatan emosi kamu,
saya ingat mata tipis ketika kamu tertawa,
saya kenal harum kamu,
saya tahu, saya ingat, dan saya kenal itu semua, bahkan mungkin lebih yang kamu bisa.

Hanya saja, saya tak tau apakah kamu tau semua hal yang saya tau tentang kamu.

Jumat, 28 Januari 2011

"Akulturasi" Hormon Remaja dan Adegan Sinetron

Sore ini saya ke sebuah mall di kota saya, saya ke tempat makan siap saji yang maskotnya adalah kakek kolonel tua dengan setelan putih berkacamata dan berkumis itu *pasti tau lah apa ya :)

Namanya malem minggu, tempat itu "super rame 2010" kalo kata anak-anak jaman sekarang, walau saya tau kebanyakan dari mereka beli paket yang gocengan, sama seperti saya.
Nah, seperti yang kita tau, malem minggu itu adalah waktu yang ditunggu-tunggu kebanyakan anak-anak muda.
mengapa eh mengapa?
karena mereka bisa hengot (hang out) bareng temen-temen mereka ataaaaaaaau........
PACARAN.
( ya ga ya ga ya ga?? biasanya kan gitu.)

Nah, entah mengapa, di sekitar saya banyak sekali pasangan muda-mudi yang sedang bercengkrama *bukan mencengkram satu sama lain yah, itu namanya percobaan pembunuhan.
Saya pun jadi sensi, karena walaupun saya punya pacar, tapi pacar saya jauh, jadi saya ga pernah malem mingguan. nasib LDR begini nih (OK, sebaiknya saya sudahi curcol saya.)

Diantara banyak pasangan muda-mudi itu, ada pasangan yang menarik perhatian saya.
Sebenernya sih biasa aja, tapi karena saya emang lagi ga ada kerjaan dan lagi duduk sendiri aja kaya kambing congek, inilah hasil pengamatan saya:


Muda-mudi itu tampak sperti perwujudan 'anak SMA' bagi saya. Mereka duduk persis di meja setelah saya. Saya menghadap ke arah mereka, sehingga saya bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Demi langit, Kawan.
Saya mual bukan buatan.
Entah karena saya sudah tak pernah melakukan apa yang mereka lakukan *tuh kan curcol lagi.
atau, karena memang pembicaraan mereka itu berakibat kepada peningkatan zat asam lambung yang membuat usus terasa melilit.

Kita namakan saja si perempuan dengan "Mudi" dan yang lelaki, " Muda", ini adalah pembicaraan yang saya dengar dengan jelas (jelas-jelas membuat saya mual) :

Mudi: beibi, aku boleh maem es klim kamu ga? (ini beneran loh, si Mudi mengganti huruf "R" dengan pengucapan "L" -___-" )
Muda: jangan sayaang, ak ga ngebolohin.
Mudi: uuuuh kenapa ciih? (ini juga benar. "S" dibaca "C" )
Muda: iyaa soalnya kamu kan udah manis, kalo makan yg tambah manis, kamu bisa disemutin.
aku ga tega.
Mudi: aaaah kaamuu.. bica aja, aku kan jadi maluu.. bener juga ya beibi, nanti kalo aku disemutin gawat.uuuh ga mau dicemutin aaah..


damn.damn.damn.damn.damn.damn.damn.damn.damn.
Silakan berkomentar sendiri.
Saya tidak mengada-ada, Kawan.
Memang seperti itu pembicaraan mereka.
Pembicaraan tadi hanya seberapa kecil persen dari pembicaraan mereka yang lain, dengan tipe pembicaraan yang kurang lebih sama.
Bisa-bisa nya itu mereka senewen gara-gara hipotesis berlebihan di Muda tentang "Konsumsi Es Krim Berlebihan Kepada Kekasihku, Mudi, Berakibat Disemutin" itu.

Diluar akal sehat, diluar akal sehat memang.

Tapi, tunggu dulu.
Bukan itu hal yang menarik, Kawan.
Keajaiban hormon "dunia milik berdua" itu bukanlah klimaks nya.

Setelah lama saya (mau tak mau) mendengar hampir semua dari percakapan mereka, tiba-tiba terjadilah hal biasanya hanya kita lihat di dunia sinetron.
Ini sungguh menarik dan ajaib.

Si Mudi yang tadinya lutcu, imyut, manja, dan menderita penyakit "cadelisme" akut itu, mendadak jadi panas, ganas, dan beringas setelah si Muda menyebut nama seorang perempuan, kalau saya tidak salah namanya Farah atau siapaa gitu saya lupa.

Dia mulai ribet, rese, menyanyakan hal-hal yang menurut saya menggangu si Muda, kaya "kamu masih smsan ya sama dia? kamu pasti masih suka ketemu ya sama dia? aku ga suka.. blaa.. blaaa.. blaa.." (kali ini semua pengucapan benar sesuai EYD.)

Asumsi sok tau saya sih, si F itu mantan pacarnya si Muda.

Teruuuuuus...... si Mudi gencar menanyakan pertanyaan-pertanyaan kaya penuntut umum memojokan si tersangka di pengadilan. Si Muda, muka nya pun mulai berubah, yang tadinya sok cool, santai aja sama pertanyaan pacarnya yang "ga nyantai", jadi nyolot dan mulai menjawab semua pertanyaan kekasih hatinya itu.

Teruuuuus... Si Mudi bertanya, memojokan, ambil handphone nya Si Muda *kayanya sih mengecek inbox Si Muda.
Si Muda pun mulai terlihat gerah, mulai gerak-gerak ga jelas, duduk ga tenang, pandangan mata menyebar kemana-mana dan si Mudi masih sibuk ngoceh, sampai dia terlihat sangaaaaaaaaaaaaaaattttt terganggu dan bilang, "Yaudah sih beib, bawal banget sih lo."

Si Mudi berhenti dari aktivitas "mencari bukti" nya, terdiam sejenak, menatap si Muda, dan............


SPLAAAAAASH!

Yak, segelas float yang tadi ada di meja mereka pindah ke muka si Muda yang ga ganteng-ganteng amat itu.
Si Mudi menguyur kekasih hatinya dengan segelas float lima ribuan itu.

"Aku benci kamu. Kita putus."

Si Mudi pergi begitu saja dengan cepatnya meninggalkan Si Muda.
Si Muda lantas langsung mengejar kekasih hatinya itu walau dengan keadaan berwarna merah, basah,dan lengket *float lima ribuan itu rasa stroberi.


Mirip. Mirip sekali dengan adegan sinetron Indonesia yang sekarang sungguh sangat mewabah.

Saya sebagai saksi mata, hanya bisa terbelalak melihat keajaiban hormon remaja itu.
Sungguh benar, dampak media itu sangat luar biasa.
Sungguh reaktif.

Saya jadi berpikir, malang sekali generasi muda sekarang.
Disuguhi tontonan-tontonan yang berakibat cenderung negatif.
Ya salah satu buktinya tadi.

Saya mulai membayangkan, bagaimana nasib anak-anak lainnya?
mengingat, sudah hampir tidak ada tontonan yang sesuai untuk usia mereka.
Hampir semua tontonan anak-anak didominasi dengan sinetron, infotainment atau acara musik yang sedang "happening" itu.

Tak bisa saya bayangkan lagi seperti apa anak-anak dan remaja 5 tahun atau 10 tahun kedepan, jika media sebagai salah satu sarana pembelajaran mereka masih menampilkan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai yang seharusnya mereka teladani?

Miris, sungguh miris.

Pertanyaan-pertanyaan sok kritis saya terhenti karena ucapan seseorang di belakang saya, "untung aja makanan udah dibayar, kalo gak bisa kejar-kejaran tuh sama kasir."

Yah, semoga saja pertanyaan-pertanyaan saya tadi bisa dijawab oleh remaja 5 -10 tahun kedepan dengan sikap dan ucapan yang "sesuai".

Untuk sekarang, saya hanya bisa tertawa.
Adegan tadi cukup mengobati kepenatan saya dari urusan perkuliahan yang cukup menguras otak,tenaga, dan hati.
Semoga saja Si Muda-Mudi baikan.
Semoga mereka jodoh.
Semoga ibunya Si Muda ga ngomel, baju anaknya kotor.
Semoga baju Si Muda yang ketumpahan float bisa bersih lagi.
Semoga Si Mudi sembuh dari penyakit "Cadelisme" nya itu.

Amin. Amin.Amin.

Senin, 13 September 2010

Something called "REGRET"

Manusia Sumber Kesalahan


Ini mungkin adalah salah satu pernyataan yang paling murni yang pernah saya buat selama ini.
Karena ini menyangkut nurani saya sendiri.
Jujur sebenarnya sulit bagi saya untuk menuangkannya dalam bahasa tulisan karena memang rasa ini sangat sulit didefenisikan dalam bentuk rangkaian kata.
Tapi, begini saja, saya akan menggunakan kata yang paling mudah untuk dimengerti kalian semua, Kawan.
Kata yang memang sudah terdata di Kamus Bahasa Indonesia yang sah.
Kata yang sudah lumrah kalian dengar.
Atau mungkin kalian katakan.

Penyesalan.

Sesuai dengan judul diatas, penyesalan sangat dekat dengan kesalahan.
Penyesalan biasanya datang setelah kesalahan itu.
Kau pasti sudah tahu, Kawan, bagaimana rasa menyesal.

Menyesal.
Ketika kau tahu semua yang telah kau lakukan adalah salah.
Ketika kau tahu semua yang telah kau lakukan adalah tak pantas.
Ketika kau sadar semua kesalahan itu telah terjadi,
Dan kau tak memiliki daya untuk mengubahnya lagi seperti sedia kala.

Karena waktu tak bisa diputar,
Karena waktu tak bisa dimainkan,
Karena waktu bukan kau yang punya.

Lantas,
Yang bisa kau lakukan hanyalah,
Bersimbah air mata, meringkuk dalam sesak,
meminta Sang Pencinta dan Maha Pemaaf
Untuk memaafkan semua kesalahanmu.

Kesalahan yang sebenarnya adalah suatu kealpaan mengingat-Nya.
Kesalahan yang sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kau teralu bersenang-senang dalam hidup lantas lupa akan adanya keseimbangan.
Keseimbangan hidupmu sendiri.

Pada detik penyesalan itu,
Yang kau tahu, tiap sudut dari hidupmu runtuh,
Kau tak tahu apa yang bisa kau lakukan.
Karena, pada saat itu juga kau baru sadar,


Kau bukan siapa-siapa.
Kau tak mampu apa-apa.
Kau adalah kecil. Sangat kecil.

Beruntung, jika Sang Pemilik Alam
Mendengar semua kesahmu
Mendengar semua sesalmu
Mendengar semua tangismu
Mendengar semua janjimu.

Untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam hidup.
Untuk selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik,
Bagi Tuhan dan bagi dirinya sendiri.

Dan akhirnya, Sang Maha Kuasa berkehendak,
Memberikan kesempatan yang entah sudah berapa kali.

Itu yang pernah kurasakan, Kawan.

Demi langit,
Ku tahu benar rasanya sesal.
Ku tahu benar rasanya jadi pecundang.
Pecundang atas diri sendiri.

Semoga kau tak merasakan hal sepertiku.
Semoga kau selalu seimbang.
Walau untuk seimbang butuhlah proses,
Dan mungkin penyesalan adalah salah satu bentuk proses yang diinginkan semesta
Untuk membuat kita menjadi manusia yang lebih bijak.

Doakan saya, Kawan, semoga..

Tuhan benar-benar mendengarkan doa dan penyesalan saya.
Dia benar-benar memberikan saya kesempatan lagi.
Dan Dia tidak pernah bosan untuk memaafkan saya.

Doakan saya juga,
Semoga saya menjadi “saya” yang lebih baik dengan tidak melakukan kesalahan yang sama seperti layaknya orang bodoh dan merugi.

Sabtu, 14 Agustus 2010

SEMARANG I'M IN LOP

sebenernya saya harusnya mengepos ini jauh dari sebulan yang lalu, tapi karena keterbatasan waktu, tempat dan modem,jadilah saya baru bisa bercerita.

ini ceritanya:



Ini adalah cerita singkat perjalanan saya ke semarang demi menjenguk pacar saya yang luar biasa ngangenin nya. Kita sebut saja namanya Ugra.

Niatan ke semarang dalam rangka mengobati penyakit Malarindu ini memang sudah lama saya rencanakan. Mengapa oh mengapa? Bayangkan saja, saya sudah tidak bertemu si Ugra itu selama 4 bulan lebih! Sangat menyiksa bagi saya yang jujur saja, sulit menerima keadaan “Jauh Jarak Hubungan” atau nge-trend nya disebut eLDeeR (penyakit alay saya kambuh lagi).

Rencana saya disambit baik oleh sahabat saya yang cantik nan perkasa, Ratri. Dia mau menemani saya untuk pergi menemui sang Kekasih Hati.
Berbekal restu orang tua, pacarnya Ratri, uang paspasan, rindu berlebihan, dan rasa cinta yang mendalam, jadilah saya berangkat bersama Ratri ke Semarang. Kami naik kereta Fajar Utama jurusan Semarang Tawang seharga 100 ribu rupiah.

Ini, Kawan, sahabat saya yang cantik nan perkasa, Ratri Kartika Widya 






Kami berangkat dari stasiun Senen jam 8 pagi sampai Semarang Tawang jam 4 kurang.
Ini yang aneh. SAYA DEG DEGAN. Sungguh. Rasanya jantung saya bekerja terlalu cepat yang mengakibatkan saya merasa nyawa saya ketinggalan di Tangerang atau dimana lah itu. Saya degdegan ketemu Ugra. Norak sekali. Sahabat saya seolah tahu gelagat labil saya, lantas menanyakan, “Nir, lo deg degan ya?” sial banget ketauan gw, batin saya memaki. Saya membalas dengan muka saya yang cegegesan (saya sarankan untuk tidak membayangkan wajah cegegesan saya). Terus dia mengetik sesuatu di hp nya, tak lama dia memberikan hp ny ke saya. “Baca, nih.”

Tulisan di layar hp merah nya Ratri:
From: ugra

Iya, rat. Gw deg degan. Hhe.

Oh tidak, ternyata pacar saya juga labil.

Saya pun tambah deg degan dan juga mual. Sungguh sangat amat norak. Saya tak sabar bertemu dengan Si Pangeran itu (tolong jangan ikutan mual. Harap maklum, namanya juga jatuh cinta). Saya gelisah berkepanjangan. Kerjaan saya di kereta cuma benerin jilbab, ngelap muka pake tisu, minum. Terus terusan sampe akhirnya saya kembung dan sadar bahwa mau jilbab saya serapi apapun dan muka saya udah lecet gara2 dilap mulu, kalo kodratnya jelek mah jelek aja, saya pun duduk (belaga) tenang.

Kereta pun berhenti. Saya dan Ratri pun sampai di stasiun Tawang. Dada saya semakin berdebar pada detik detik pertemuan itu, seperti apakah kekasih hati saya itu? Tampankah ia? Tambah wangi kah ia? Rindukah dia kepada saya? Apakah dia membawa bunga untuk menyambut kedatangan saya? Atau malah spanduk seperti rombongan menjemput jemaah haji bertuliskan “ WELCOME MY LOVELY NIER”? (sekali lagi mohon pengertiannya, saya hanya anak muda yg sedang bergembira)

Sms demi sms pun terkirim dan diterima tapi tetap saja saya belum bertemu dengan pacar saya. Wah.. asal kalian tahu, saya gelisah luar biasa. Antara kebelet ketemu Ugra dan kebelet pipis (ini serius, bisa tanya Ratri). Mungkin ada sekitar 5 menit lebih kami saling mencari di stasiun Tawang yang semstinya ga gede gede amat.
Sungguh, jika di flash back, keadaan saya waktu itu mirip adegan waktu Lulu Tobing mencari Ari Wibowo di sinetron Tersanjung. Saya di utara, Ugra berlari ke selatan. Saya ke hutan, Ugra ke pantai. Pokoknya gitu deh, ga ketemu temu.

Akhirnya kami memutuskan untuk berinisiatif keluar stasiun. Dan JENG JENG JENG. Disitulah pangeran hati saya berdiri. Dengan jaket hijau, kaos loreng2, rambut gondrong, wajah tidak bertambah tampan, tidak membawa bunga, ataupun spanduk. Belakangan saya tahu, ternyata dia juga memang belum mandi ketika menjemput saya, pantas saya mencium sensasi kecut kecut pahit gitu. Untung saja dia masih menyimpan rasa sayang dan rindu hanya untuk saya. Unyuuuuuuuuuu…… :3

Hal pertama dia yang dia lakukan adalah mengusap-usap kepala saya. “Akhirnya, tuanputrinya sampe juga.”, katanya sambil tersenyum.

Demi langit, Kawan. Saya kegirangan. Senaaaaaaaaaaaag sekali bisa bertemu dengan Ugra setelah sekian lamanya. Mungkin kawan kawan yang berkomitmen LDR tahu bagaimana rasanya. Badan saya serasa terbang. Isi perut saya seakan terbalik. Wajah saya kemungkinan merah padam karena memang malu tak tertahankan.

Saya salting.

Heemmm.. sayang, saya bukanlah penulis yang baik, yang bisa menggambarkan bagaimana perasaan saya pada waktu itu. Tapi intinya, sungguhlah sangat bahagia bisa merasakan nikmat kasih sayang Tuhan lewat makhluk-Nya, pada kasus ini ya rasa sayang kami berdua, dan juga kasih sayang sahabat saya yang sungguh sangat mau mengerti kebutuhan sahabat kecilnya ini yang sungguh merindukan sosok Ugra itu.

Terima kasih, Tuhan 




Ditulis dengan rasa bahagia.